rtp mpltoto rtp mpl toto mpltoto prediksi mpl toto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltotompltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto mpltoto data cambodia ladangtoto data cambodia ladangtoto data japan data taiwan situs toto ladangtoto
sekretariat@stikestelogorejo.ac.id (024) 76632823 +62 858-7599-4522

Kenali Delirium: Penyebab, Dampak, dan Pencegahannya

Oleh Arlies Zenitha Victoria
Dosen STIKES Telogorejo Semarang

Delirium. Tidak banyak orang mengenal istilah tersebut, namun kondisi ini sangat rentan terjadi pada setiap pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit.

Delirium merupakan kondisi yang cukup umum ditemui, khususnya pada penderita usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.

Delirium adalah keadaan yang yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih.Prevalensi kejadian delirium saat ini berada di kisaran 23% untuk pasien rawat inap.

Faktor resiko penyebab delirium pada pasien rawat inap digolongkan dalam 2 jenis, yaitu faktor pendukung dan faktor pencetus

Faktor pendukung yang menyebabkan delirium biasanya disebabkan karena adanya gangguan otak organik, seperti demensia (pikun), stroke, penyakit parkinson, usia lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel.

Sementara itu, faktor pencetus delirium yang sering ditemui antara lain penggunaan obat lebih, infeksi, kurang cairan, keterbatasann gerak atau aktivitas, malnutrisi, dan pemakaian selang urine.

Delirium dapat diawali dengan berbagai gejala, dan kasus yang ringan mungkin sulit untuk dikenali.

Tingkah laku seseorang yang mengalami delirium bervariasi, tetapi kira-kira sama seperti orang yang sedang mengalami mabuk berat.

Ciri utama dari delirium adalah tidak mampu memusatkan perhatian, penderita tidak dapat berkonsentrasi, sehingga mereka memiliki kesulitan dalam mengolah informasi yang baru dan tidak dapat mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.

Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan bingung dengan tempat dimana mereka berada.

Fikiran mereka kacau, mengigau dan terjadi inkoherensia. Pada kasus yang berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri.

Beberapa penderita mengalami paranoia dan delusi (percaya bahwa sedang terjadi hal-hal yang aneh).

Sindrom delirium mempunyai dampak buruk, diantaranya adalah pemanjangan masa perawatan di RS, hingga beresiko kematian.

Hampir setengah pasien delirium keluar dari kondisi rawatan akut rumah sakit dengan gejala persisten dan 20-40% diantaranya masih mengalami delirium hingga 12 bulan keluar dari rumah sakit.

Pencegahan delirium dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko yang meningkatkan risiko delirium.

Orang berusia lanjut (di atas 60 tahun) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami delirium.Hindari penggunaan obat yang meningkatkan risiko deliritum, seperti ranitidin, digoksin, ciprofloxacin, kodein, amitriptilin (antidepresan), benzodiazepine.

Selain itu, beberapa latihan dapat dilakukan untuk menghindari delirium, seperti latihan rentang gerak, stimulasi pengihatan & pendengaran, latih kemampuan kognitif, dan selalu orientasikan pasien atau keluarga yang sakit terhadap orang, tempat, dan waktu. (*)

Sumber : http://jateng.tribunnews.com/2019/01/31/kenali-delirium-penyebab-dampak-dan-pencegahannya?page=2.

Related Posts

Arsip Informasi